Cinta berpayung senja berwarna jingga...
Raut wajah kan terkikis oleh usangnya jaman...
Namun kau adalah keputusanku ....
Tak harus menunggu keadaan...
Mendekatlah sayang...
Rengkuh aku dengan mesra...
Jangan hiraukan tentang langit yang menjadi mendung...
Karena senja kita akan tetap jingga...
Rasa terperangkap...
Terkunci dalam cinta...
Memaknai sebuah kalimat...
"Cry love you"
Kupilih engkau tak sekedar sandaran...
Ada magis disetiap detak jantungmu...
Adalah engkau yang telah mencuri segala rasa...
Cinta berbalut rindu..
"Cry love you"
Kita berkisah mengenang musim lalu...
Menanam putik cinta yang belum sempat terpetik...
Pada dusta kata hati,
Pada keegoan yang sulit terkikis...
Pada cinta putih abu yang tersembunyi....
Batasan selalu ada...
Kendalipun kan ada...
Ingin menjangkau ...
Namun sulit terjangkau...
Pada kenyataannya...
Batasan adalah pemisah...
Garis dinding pembeda...
Tampak samar...
Namun jelas ada...
Diri rapuh terkungkung...
Pada jiwa yang lemah...
Terlilit segala rasa...
Ingin terbebas ...
Batas kokoh membentang...
Jiwa yang merindu...
Ingin melampaui...
Bebas lepas menggempur batas...
Menelisik celah mencapai pengharapan...
Menggapai kesempurnaan cinta...
Walau tak mungkin sempurna !
Bila malam telah menghuni...
Maka senja hanyalah masa yang sudah terlewati...
Meninggalkan sebuah jingga...
Gurat namamu adalah sebentuk gelisah...
Dari sosok kerinduanku...
Yang menyulam rasa ...
Dari cerita terbata melewati masa...
Jangan pernah kau melupa ... Bahwa kita adalah sebuah kisah..
Tercipta dari aksara –aksara cinta ...
Mempertahankan sejati untuk menjadi nyata ...
Aku menginginkanmu seperti engkau menginginkanku...
Terperangkap dalam kisah yang sama...
Cinta membunuh logika...
Pada geliat malam...
Dibentangan permadani kelam...
Tertata ribuan bintang...
Bercengkrama dengan sinar bulan...
Dalam kesendiriankah kau disana...?
Merajut waktu dari benang –benang rindu...
Diantara bait – bait harapan...
Dan doa-doa yang dilantunkan pada tengadah malam...
Tak terhapus rasa itu di tetesi bening embun...
Seperti batu yang berada dalam air...
Tegar mempertahankan...
Kokoh pada keteguhan...
Nantikanlah waktu yang akan memberi restu...
Membentangkan kerinduan yang telah lama dirajut...
Menjadi layar untuk mengarungi keindahan rasa...
Yang mampu bertahan dari badai, angin, dan terik yang menyengat...
Kita kan menyimpulkan ayat – ayat cinta menjadi ikatan...
Dari doa – doa yang terpanjat...
Meretasi batasan rindu untuk menjemputku...
Bias senja melukis jingga...
Melewati waktu...
Dan malampun datang tuk menyunting rembulan...
Pada keluasan jagad, aku kan menggapaimu...
Menelisik di antara gumpalan kelam...
Dan diantara bias kerlip bintang...
Tuk bisa bersanding menikmati purnama...
Telah kuhimpun hasrat dan rasa yang menguasaiku...
Menjadi imaji dalam goresanku...
Pun dengan kerinduan ini...
Menjadikanmu penguasa alam mimpiku...
Nantikan aku disana,
Dalam rindu-rindu yang telah meretasi jalan...
Diantara keselarasan hati nurani dan jiwa...
Kaulah yang terpantas tuk memiliki jingga hatiku...
Pada geliat malam...
Dibentangan permadani kelam...
Tertata ribuan bintang...
Bercengkrama dengan sinar bulan...
Dalam kesendiriankah kau disana...?
Merajut waktu dari benang –benang rindu...
Diantara bait – bait harapan...
Dan doa-doa yang dilantunkan pada tengadah malam...
Tak terhapus rasa itu di tetesi bening embun...
Seperti batu yang berada dalam air...
Tegar mempertahankan...
Kokoh pada keteguhan...
Nantikanlah waktu yang akan memberi restu...
Membentangkan kerinduan yang telah lama dirajut...
Menjadi layar untuk mengarungi keindahan rasa...
Yang mampu bertahan dari badai, angin, dan terik yang menyengat...
Kita kan menyimpulkan ayat – ayat cinta menjadi ikatan...
Dari doa – doa yang terpanjat...
Meretasi batasan rindu untuk menjemputku...
Saat tergores resah di atas...
lembaran kisah...
aku beranjak pergi memejamkan hati...
agar malamku tak selalu berkawan pekat...
tak bisa kumenyalahkan jarak...
waktu telah teretasi...
Keselarasan hati ini terletak...
pada nurani...
menjadikan seluas harapan...
itulah hakikat...
Pada janji yang telah terpatri...
atau pada keyakinan yang berdiri di altar
kepercayaan...
ini sebuah lingkaran pengikat...
ku ingin berada didalamnya bersamamu...
serupawan kesetiaan purnama pada rembulannya...
sebening kesetiaan tetes embun menyambangi pagi...
seindah kesetiaan jingga pada senjanya...
setulus kesetiaan hati pada nuraninya... !
Bunga yang gugur...
tak pernah merajuk pada sang bayu...
dia memasrahkan...
dirinya jatuh begitu saja...
mencoba mengikhlaskan yang telah terjadi...
Bahwa hidup memang harus mau menerima,
harus mau mengerti dan memahami...
dengan ketulusan...
kita tak pernah tahu...
darimana penerimaan,
pengertian, pemahaman itu datang...
apakah melalui kejadian...
yang sedih dan menyakitkan...
atau mungkin sebaliknya...
entahlah..
Kini,
dia gugur sebagaimana waktunya...
Biarkan sang bayu menuntunnya...
membawa pergi entah keperaduan mana...
Biarkan pelangi meninggalkan...
temaram senja...
aku tetap berada menemani sunyimu...
Dan akan kuhadirkan rembulan...
dikelamnya malam...
Ketika gejolak menguasai hasratmu...
tak kubiarkan rindu menyiksamu...
retaskan semua yang membelenggu...
sambutlah sentuhan lembut jemariku...
Yang selalu meraihmu pada...
pelukan rindu...
saat kau terdiam aku ada untuk memahami...
kan ku bentangkan selimut kasih...
dalam dingin kerinduanmu...
Agar kau damai...
dalam..
dekapku...
Terdiam ku duduk...
Kelu dalam mengungkap kata...
Mencari selaras irama dalam kesunyian...
memahami arti sendiri...
ku menapaki...
jalan mencari arah...
memandang lurus...
mencari suatu titik...
di hadapanku...
ku berlari...
mengejar sesuatu yang ingin aku raih...
dan ingin segera menggenggamnya...
dalam tanganku...
apakah kau tahu semua itu... ?
ku berkisah...
menggoreskan tentang rasa melalui aksara - aksara...
apa yang telah menyesakan dada...
terbelenggu rindu...
hanya kepadamu...
apakah kau juga tahu itu ?
Kurasa pilu hati...
Pada ruang sunyi rindu...
hanya padamu yang menjadi magis bagiku...
Dan tak mampu kutepis bayangmu...
disaat titk dingin embun menetes...
Hati ku resah...
tak terasa alir hangat membasahi pipiku...
Terdiam ku memaknai cerita...
aku telah terbiasa ada didalamnya...
Di ruang-ruang yang sepi...
Hanyalah itu yang terbiasa...
Engkau bertandang dalam pikiranku...
menelusuri kisah kenangan...
tak kusadari telah tersimpul tautan rasa...
engkau yang disana...
yang menguasai kerinduanku...
Apakah karena cintamu ,
Kini aku tetap bertahan... ?
Nuraniku,
Separuh nafasmu ada padaku...
Kerinduan itu tak akan lagi pergi...
Kenangan yang membayang...
Adalah keterikatan kita dalam kisah ini...
Kesunyian kini bukan milik kita...
Dialir kenangan kita mampu memaknai...
biarkan cerita bergulir indah...
Jangan sampai waktu merampasnya...
Dan benamkan semua ragumu atas diriku...
Aku menunggu,
Seulas senyum yang selalu datang menyapa...
Seperti indah goresan yang aku toreh...
Aku menunggu,
Direntang senja yang berkabut...
Di hamparan jalan yang sama...
Dan selalu sendiri...
Sang bayu berdesir teramat lirih...
Dinginpun serasa kian menguliti...
Lihatlah diriku...
merengkuh rasa dalam diam...
Dan kau tak bergeming untuk mendekapku...
Memnbiarkanku digelisahkan ragu...
Dan tetap menunggu...
Aaahhh....
Seandainya kesunyian itu adalah keindahan...
Aku tak perlu merindumu...
Hatikupun tak akan beku...
Tak akan pula aku mengingatmu...
Rinduku menghitam...
Putihkupun kelabu...
Terbias dibentang langit mengungkap takdir...
Yang akan mengemas resahku...
Pada jalan waktu yang akan berlalu...
Jika aku berkisah, maka cerita itu adalah tentangku...
Pada masa lampau,hari ini dan esok nanti...
Aku yang mengagungkan dan memuja cinta...
Tak mudah bagiku untuk melepasnya pergi...
Meski pada kenyataan takdir membentangkan batas...
Yang rumit untuk diretasi...
Yang menguatkan pijakanku adalah cinta...
Maka cintailah aku...
Sayangi aku, aku kan mampu menyayangimu...
Merindulah hanya padaku dan rinduku akan sampai kepadamu...
Nuraniku,
Kau telah Meraihku dengan perhatian lembutmu...
Membelaiku dengan tangan tulusmu...
Menumbuhkan bunga pada gersangnya hati...
Menjernihkan telaga yang hampir ternodai...
Aku ingin bersamamu, menemuimu...
Bermanja dalam dekapan...
Menuntaskan rimbunnya kerinduan...
Namun batasan terkadang melemahkan kekuatanku...
Diantara jalan waktu...
Aku takkan letih menunggu...
Untuk mampu menikmati keindahan rasa denganmu...
Rasa yang dulu sempat pergi...
Dan saat ini,
Bersama kita telusuri kehangatannya...
Kuingin kau selalu ada disampingku...
Melewati indahnya waktu...
Dan menjadi peraduan terakhir...
Untuk melabuhkan kekuatan cinta...
Yang bersemi dalam jiwa ...
Ceritakan padaku tentang malam...
Agar aku tahu indahnya paras bulan....
Dan jenakanya kerlip bintang....
Meski harus menelusuri kelam....
Ceritakan padaku tentang pesona pagi...
Agar aku tahu bagaimana mentari menggeliat....
Melepas diri dari cumbuan malam...
Ceritakan padaku tentang sebuah hati...
Agar aku tahu keikhlasan dan ketulusan...
Hingga ragu tak pernah ada...
Ceritakan padaku tentang kesetiaan nurani...
Agar aku tahu tentang menyayangi dan mengasihi...
Diantara kebahagiaan dan duka...
Hingga hidup damai dalam cinta...
Apa yang tak bisa terungkap...
Jangan dipaksa untuk mengatakannya...
Biarkan kita hanya mampu memahami...
Menyimpannya utuh didalam hati...
Terbaluti kasih nurani...
Masih banyak cerita yang bisa kita bingkai...
Melalui sebuah ketulusan jiwa...
Maka tetaplah bersamaku...
Menjadi lentera disetiap jalanku...
Jangan pernah tinggalkanku... !
Disini,
Ditempat ini...
Ku selalu menanti datangnya kerinduan...
Membinasakan kejenuhan yang merajai rasa...
Disini pula ku menunggu kau menjawab rinduku...
Dalam diamku yang terbingkai diruang waktu...
Apakah kau fahami setiap kegelisahannya...
Pada kisah lalu...
Pada setiap bait yang aku goreskan...
Disana kumeletakan cinta...
Hati yang terpahat...
Selalu menjaga keindahannya...
Pada rasa setia yang tak berpendar...
Kau yang selalu ingin kumengerti...
Jangan biarkan hatimu merapuh...
Karena aku tak kan pernah menjauh...
Jika telaga masih mengalir...
Jika sang bayu masih bersemilir...
Tak ada yang salah...
Seperti itulah...
Kisah yang kita lalui...
Apakah harus ada sesal... ?
Jika esok mentari masih ada...
Masih jua ada cerita tentang kita...
Berdesir lirih bahasa cinta dikisi - kisi nurani...
Terlintas raut kegelisahan yang menanti kekasih...
Sekuntum bunga kian merona...
merindukan sang kumbang tuk berpujangga...
Rasa yang telah bertahta...
Mengisahkan indah cinta yang saling memuja...
Meniti kasih dalam belaian dewa asmara...
Duhai merdunya kidung asmaradhana...
Baluti aku dengan untaian nada - nada indahmu...
Bisikan padaku syair- syair yang hangat dan mesra...
Agar jiwaku tak terasa sepi tertikam rindu asmara...
Jalan yang meninggalkan jejak tapak...
Menempatkanku pada ruang waktu yang berseberangan...
Merindumu, mengasihimu,mencintaimu...
Apakah akan menyisakan luka...?
Kau telah membiarkanku merambah jiwamu...
Membebaskan memiliki hasratmu...
Memusnahkan segala keraguan...
Menyelami fikiranku...
menyentuh dengan lembut hatiku...
Memulasi nurani...
Betapa aku tak bisa berpaling dari rasa...!
Bersandar pada bahu ketulusan...
Mendekap erat kesetiaan...
Menangis dipelukan rindu...
Mampu membalut kepedihanku...
Salahkah? Atau ini sebongkah keegoan...?
Haruskah aku kembali memungkiri diri...?
Berlarilah bersamaku...
Mengejar senja yang dulu pernah terabaikan...
Kita tuntaskan kisah lama yang terlewati...
Raih jemariku...
Rasa itu sekarang ada dalam genggaman, menjadi milik kita...
Sentuhan manjamu...
Belaian kasihmu...
Ketulusan sayangmu...
Membuatku tak mampu beranjak...
Jangan lagi menjauh dariku...
Jangan berfikir untuk meninggalkanku...
Dekap selalu diriku dalam rimbunnya rasa rindumu...
Aku tahu ini tak mudah...
Ku tak perduli mentari pagi dan pekat malam akan mencibirku...
Senja yang dulu hilang kini kembali dalam pelukan...
Kekasih nuraniku...
Apakah rasa inipun telah menikammu...?
Membelenggu sukmamu...?
Celotehkan pada sang bayu...
Agar aku tahu apakah kita saling merindu...
Malam ini teramat dingin, ....sungguh
Resahku semakin rintih....
Rembulan muram sembunyi dibalik pekat awan...
Bintangpun enggan bercengkrama dengan langitnya....
Jangan biarkan aku sendiri menelusuri kelam....
Kau dan aku terbentang masa...
Berbatas kenyataan...
Namun itu tak mampu memusnahkan rasa yang kita miliki...
Kupilih hatimu tanpa ragu...
Karena kuyakin, kita adalah dua hati yang saling memanggil....
Berkisah tentang senja yang akan hilang berganti malam..
Seakan enggan melepas...
Karena rindu belum tuntas...
Kau....
Yang telah mencuri nuraniku...
Menjadi aksara dalam goresanku...
Kegelisahan disetiap malam...
Rindu dalam jiwa...
Sematkan ini pada kedalaman hatimu...
Sebelum tanganku terasa beku dan kaku saat memelukmu...
Sebelum dekapan hangat ini tak mampu lagi merengkuhmu...
Tak ingin air mata dinginku mengaliri telagamu...
Tak kubiarkan kepedihan menggores kasih sayangku...
Kuingin kau selalu tersenyum
Dialir kenanganku
Seperti indah pelangi yang membias warna dilangitmu
Damaikanlah hati kala luka menyakiti
Dan aku akan tersenyum untukmu
Hingga aku mampu melepas semua rinduku
Seperti yang kau mau.
Berpaling dari rasa melewati jalan waktu...
Bergulir dari kisah yang membelenggu...
Menepis kenangan yang mengikat hati untuk berlalu...
Tak ada yang memahami gelisah hatiku...
Pertentangan jiwaku...
Tentang rasa yang membiru....
Hasrat tak lagi bergairah...
Cerita tak lagi indah...
Tatap mata penuh kegetiran...
Menatap rindu yang kian menjauh...
Ku karamkan hasrat...
Kuredam semua ingin...
Kusembunyikan Kegundahan...
Rasa semakin membiru... !
Hampa mulai menyambangi hati...
Bisik hati kian melara...
Jiwa senyap pada rasa rindu...
Kuserahkan sepi ini pada indahnya kenangan...
Agar kupahami,... bahwa kesendirianku,
Adalah jiwaku yang utuh...
sejenak menepis bayangmu...
inginku terlelap dalam kelelahan asa yang selalu menderu...
menghempaskan raga pada sejuknya dekapanmu...
menikmati setiap sentuhan lebut dari jemari kalbu...
detak waktu yg bergulir disamping rasa..
kuberjalan disebrang jalan tanpa henti menoleh kesisi rindu...
sukma yang selalu menggapai kelu...
dan langkah pikiran yang tertuju pada jejak indahmu...
Memahami setiap keinginan jiwa...
Tentang rasa yang selalu menggelisahkan hasrat...
Hingga rindupun tak ingin terbelenggu...
Dipelataran jiwaku selalu ada tempat untukmu...
Biarkan ada satu rasa yang kita miliki...
kekasih nuraniku...
Walau berpaut jarak...
Berbatas kenyataan...
Tapi suara hatimu...
Selalu berbisik indah dihasratku..
Warna terindah terlukis dipelangi cerah...
Tersenyum sumringah diantara bias mentari...
Rinai suara hati memercik menenangkan kesepian jiwa...
Saat kau berjanji kan selalu ada untukku...
kisi - kisi ruang imaji telah terisi...
oleh riangnya kisah yang penuh arti...
sepinya kerinduan pun ramai dipenuhi...
dengan indahnya perhatian dan perduli...
Tak kan kubiarkan kelam menyibak semua keindahan...
Biarkan rasa ini menguasai seluruh alir nadi...
Aku akan menjadi kisah sebagai kekasih nurani...
Karena aku adalah kerinduanmu...
setia kularutkan waktu pada sang kekasih nurani...
menunggu resah pada riuhnya gejolak dahaga...
terbuai menikmati untaian aksara peluruh rindu...
terpulasi saat mengarungi malam bersamamu...
kan kudekap sepimu dalam waktuku...
menghempaskan ragumu dalam kalbuku...
tiada kurela sepi mengurungmu...
kerena begitu besar rasaku padamu...
Biarkan rasa yang ada diterjemahkan oleh kata hati...
Karena dia tak akan mampu memungkiri...
Tentangmu....
Tentangku....
Tentang rasa ini..
Saat embun pagi membeku diujung ranting...
Kudekap erat gigilnya kerinduan...
Dan kubisikan desah rasaku ketelingamu...
Dapatkah engkau merasa pada siapa jantungku berdetak...
Beningnya embun menyambangiku...
Walau dingin, itu yang aku rindu...
Bisikan hasratmu menggugah gairah pagiku...
Hingga detak jantungku sama denganmu...
Merah ranum bibir sang juwita...
Menggoda iman untuk mengecupnya...
Tiada ku ingin menodai nurani, meski hasrat memaksa raga...
Merah mawar selalu dibuai hasrat...
Berjuta rasa akan tersirat...
Setitik embun jatuh tanpa syarat...
Karena rindu selalu ingin dekat...
Kurangkul setetes air dari pati sanubari...
Lamban bergulir melewati gejolak hati...
Saat tubuh asmara menggeliat meratapi...
Bersimpuh mencumbuimu tiada terpetri...
Tetesan rindu membasahi palung kalbu...
Kuingin ini nyata hingga rindupun bisa berlabuh...
Izinkan aku menjamah kesunyian hatimu...
Walau hanya sekedar membasuh rindu...
Jika hadirku mampu menggugahmu...
Izinkan aku bermanja dengan malammu...
Bergetar tubuh ini saat kau sentuh...
Terasa hangat membelai keheningan syahdu...
Saat malam merayapi temaram sepi yang kelu...
Geliat kerinduanku kian menggebu...
Tiada terperi hangatnya dekapanmu...
Meluruhkan segenap gejolak rasa...
Saat kau bersanding penuh manja...
Memuaskan dahaga tenggelam dalam telaga...
Kan kusunting Selaksa rembulan untuk menemani sunyi...
Bersama rindu kunanti hadirmu di pembaringan mimpi...
Kasmaran selalu memenuhi lubuk hati...
Kusematkan kerinduan untuk sang pencuri nurani.....
Kusibak ilalang rindu...
Pada heningnya hati...
Saat sang angin enggan menyapa damainya senja...
Janganlah bias kabut membuatmu pergi dan menjauh...
Kenali diriku agar kau tak merasa asing...
Dan mampu kau tatap diriku yang tertepis kabut...
Lewat bibirmu kaupun akhirnya menyebut namaku...
Akulah rindu ...
Yang berjalan menyusuri kisah lampau ditanah berbunga bersamamu...
tersipu merona merah bagai senja bertemu pelangi...
meluluhkan hatimu disetiap bibir malam membelai setiap resahmu...
Dengan lembutnya imajiku...
Membasuh gelisahmu...
dengan Goresan - Goresan nuraniku...
Mungkin aku juga rindu itu ...
Yang penuh keinginan bermanja dengan ketulusan kasihmu...
Bergelora dengan buaian sayangmu...
menghadirkan gejolak - gejolak rasa yang memuncak menjadi kasmaran...
Menyapa dengan dinginnya rasa yang selalu ingin kau dekap...
Bercinta dengan geliat masa lalumu...
Bercumbu dengan segala hasrat rindumu...
menyematkan kenangan dan menorehkannya diingatanmu...
Aku akan selalu menjadi rindu - rindu itu disisimu ...
Sebuah nama dan sekeping hati...
yang telah aku pilih...
Bait - bait syair kugoreskan...
Untuk sang kekasih yang selalu terjaga...
Sebagai penawar rindu karena raga tak menyatu...
Adakah malammu bermandikan cahaya bulan...
Atau sedang ditemani gemercik gerimis yang bersenandung...
Sambil menikmati sepotong kata merindu...
Dibibir malam yang kian gelisah...
Geliat magisku yang resah menjajaki puncak cinta...
Ingin kumerebahkan diri dipangkuan hangatmu...
Sambil menikmati hembusan angin yang menguasai tubuhku...
Membuai dalam kisah lampau yang selalu melintas...
Menggenggam rindu tak berujung...
Pernahkah kau berharap aku hadir disisimu...?
Duduk bersandar dibahumu....
Menggenggam hangat jemarimu...
Dan membisikkan bahasa - bahasa cinta...
Ceritakan itu pada malam...
Dan katakan pada sang bayu untuk membawa kisahmu itu kepadaku...
Tertegun dihening malam...
Merenung di sudut rindu...
Ku ingin setiap malam terpulasi bersamamu...
Jangan kau menorehkan perih...
Dengan cerita - ceritamu yang membuatku tersayat,
Membuatku merajuk,
Membuatku terdiam dalam amarah...
Aku yang tak ingin kau abaikan...
Aku yang selalu digelisahkan rindu...
Aku yang resah saat kau mulai berpaling...
tak ingin lagi kubersedih...
Karena harus memasrahkanmu...
Diri nelangsa penuh kerisauan...
Bara cemburu dipendam jiwa...
Akankah nuraniku terlepas lagi... ?
Biar kuhabiskan waktuku...
Bersama indahnya rasamu...
Yang harus kau yakini...
Bahwa cintaku adalah nyata....
Pada irama waktu...
Dentingnya akan pergi...
Meninggalkan sepenggal kisah...
Dalam alunan yang menyisakan kerinduan...
Jika aku mampu memutar waktu, dengan apa yang telah kuketahui kini...
Tak ingin kumengubah apapun...
Kau merajai hatiku pada kisah yang memiliki kenangan...
ku merenung disini menanti keharuman taman yang berbunga...
Setelah melewati banyak pekat malam...
Dipenghujung lelap tidurku...
Ternyata,
Sudah terlalu lama kita membiarkan musim datang silih berganti...
Dalam cerita jingga diantara kita...
Waktu yang terlepas terdampar sia - sia...
Mengikuti keegoan yang tak berarti apa - apa...
Aku bisa terhapus dari hidupmu...
Namun kenangan tidak akan bisa terhapus dariku...
Dawai - dawai kembali dimainkan...
Matahari beranjak pergi berganti rembulan...
Selaksa tahun meninggalkan zaman...
Akankah semua bisa berulang... ?
Kenanglah aku dalam risalahmu...
Seperti kumengenangmu dalam kisahku...
Cerita ini milik kita...
Kau dan aku !
Aku meletakkan cinta dihatimu...
Dan kau jadikan aku bagian dari malammu...
Dalam dekap malam yang semakin bergelora...
Kau puasi rinduku, kau pulasi asmaraku...
Menghantarkan debarannya yang semakin memuncak...
Desiran angin lembut membelai parasmu...
Terlihat indah rona wajahmu tersipu...
Saat bibir tipismu terlumati oleh deru cemburuku...
Kandas bersimpuh dalam hisapan rindumu...
Tak kulepaskan genggam jemarimu...
Menatapmu penuh gejolak dan hasrat...
Kuhantarkan kecupan dingin dikeningmu...
Lalu meletakkan jemarimu didadaku...
Sambil ku berbisik.... "kasih, rasakan debaran dan gelisahku malam ini "
Semalaman kita bercinta dalam bara asmara yang semakin menggeliat...
Sepenggal kisah kita ciptakan penuh kenikmatan...
Meski langit masih menggelayut kelam...
Tak terlepas dekapan memeluk erat...
Kuhempaskan kerinduanku dipelataran malammu...
Hingga lahap engkau mereguk geram...
Kusematkan gejolak asmaraku didekapan malammu...
Hingga tertetesi liarnya telaga cintamu...
Saat gairah mengarungi malam dan tiada henti mencumbuimu...
kan kudekap gigilnya gairah asmaramu hingga terpuaskan dipenghujung malam....
Kusemayamkan hasrat kerinduanku disetiap pesona wangi tubuhmu nan ranum....
Saat engkau mencengkram kuat dipundak cintaku yang membara...
Takkan henti kuhujani relung cintamu hingga lupa engkau memijak bumi..
Malam takan terpejam tanpa kau menyapa...
Pagiku pun takan bermanja tanpa kau merindu...
Tak ingin kutahan embun menetes pada indah kelopak bunga...
Kuserahkan padamu, kanda...
Rindu yang bersemayam dilipatan hati...
Serasa sesak ku untuk bernafas...
Tanpa hadirmu..
Kumencari- cari dalam resah...
Ku selalu menantimu, kanda...
Pada relung hati yang bersembunyi...
Menantimu singgah untuk membalut rinduku yang kian merona...
Tak ingin lama menyembunyikan...
Alir telaga cinta dalam keheningan...
Menjerat airmata dikelopak rindu...
Biarkan semua menggeliat...
Karena aku masih disini dalam diamku...
Langit berkisah...
Tentang jalan peristiwa demi peristiwa...
Diantara jerat waktu...
Jejak cerita usangpun kian tersirat...
Membuatku tetap memilih untuk terdiam...
Terdampar pada Hamparan kisah...
Jangan pernah kau dustai aku...
Kau telah merampas malam - Malamku...
Pencuri nuraniku.... !
Biasnya menjauh..
Gelapnya menyibakan tirai..
Menanti mimpi yang akan datang bertandang ditemaram kelam..
Selaksa hati menjerit..
Tak ingin melepas walau itu hanya bayanganmu..
Ajari aku mencintaimu...
Ajari aku mengasihimu...
Ajari aku mendamaikan hatimu...
Hingga aku mampu memahami bahasa kalbumu..
Mengingatmu yang pergi dengan sekeping hati..
Membawa rahasia sebuah cerita cinta..
Meninggalkan tanya yang tak pernah terjawab..
Bungkam dalam beribu bahasa hati..
Ingin kuhempaskan tubuh ini...
pada Hamparan ribuan bunga...
Bercumbu dengan keharuman aromanya...
Berkeluh kesah kepadanya...
Membisikkan apa yang ada dihati...
Meluruhkan setiap cerita yang telah lama terbungkam...
Dia pasti akan mengerti setiap diamku...
Dia akan mampu memadamkan bara cemburuku...
Dia akan menyejukkan setiap arti rajukanku...
Inilah diriku... tanpa kau tahu...
Ku telah bersulang dengan kenangan...
Walau yang tertinggal hanya kehampaan...
Sebab kita tak ada lagi pilihan...
Diantara cinta dan kerinduan...
Apakah malam ini...
Desah itu masih ada...
Mendebarkan jiwa memeluk kerinduan...
Tentang indahmu, tentang kisahmu...
Aku memilih satu nama...
Malamku adalah keputusanku..
Yang selalu dihampiri seraut wajah...
Yang tak tertepis disetiap sudut malam...
Desahan itu telah meluruhkan imajiku...
Bermanja dan mencumbui gelisahku...
Aku terhempas mengingatmu...
Dalam resah malam yang menguliti hasratku...
Liarnya asmara semakin menggigil...
Menguatkan rasa yang semakin membuncah penuh dengan gairah...
Canduku pun kian memuncak...
pada sebuah kerinduan dibukit kasmaran...
Malamku adalah keputusanku...
Membuai rindu dalam balut kenangan...
Erat dalam genggam...
Dibalik malam tak bertuan...
Berpenghuni kisah silam...
Yang tak pernah ingin lekang..
Sang bayu...
Titip rindu untuknya..
Agar ia tahu bahwa aku ada..
Katakan padanya,
Kusematkan cinta dalam setiap rindu yang kau hantarkan..
Desahmu berhembus..
Membawa himpunan kisah lampau..
Yang pernah terpendam dalam resah..
Meski sampai kini tak pernah usai..
Denganmu sang bayu...
Kulabuhkan kesunyian ini..
Yang tak mampu menjamahnya..
Dan merasakan dekapan hangatnya..
Dan itu hanya tentang Dia..
Detak jam tak lagi seiring
Dengan harap dalam benakku Kubuka kalender,
Tak terasa..
Tahun sudah mulai usang
Pikirku melambung pada masa lalu
Terlintas.... Wajah cantik ibuku !
Rindu aku saat dipangkuanya
Peluk ciumnya saat aku bersedu
Merengkuh dalam keteduhan jiwa
Melindungi dengan ketulusan cinta
Ibu...
Saat kulihat bening airmata dipipimu,
Engkau memalingkan wajah
Saat kepiluan dan kedukaan tersirat
Engkau sembunyi dibalik ketegaran
Senyum terukir dibibirmu
Ceria mempercantik wajahmu
Kasih sayang kesucian hatimu
Ibu..
dikejauhanmu ku kan selalu merindu dalam setiap doaku
Titian waktu sudah lewat berlalu...
Dulu ....
Aku tak begitu mengenalmu, bahkan mungkin sulit mengenalmu..
Kita berjalan diwaktu yang sama namun kita berdiri disenja yang berbeda....
Tak ada guratan kisah atau cerita yang mampu mewarnai hari - hari kita....
Yang ada hanya kebekuan hati yang belum bisa tercairkan...
Diam tanpa kata, menoleh tanpa sapa, apalagi terselip canda....
Tak mampu pena aksaraku memaknai....
Dialir telaga waktu jua kita berpisah..
Menjinjing mimpi dan cita - cita...
Menjernihkan jiwa dalam menyongsong masa depan..
Tak lagi berpijak dijalan waktu yang sama....
Diujung rasa kita masih belum bisa memaknai cerita....
Semua harus berlalu tanpa ada kata...
Diakhir senja itupun kita tak lagi berjumpa...
Lama waktu berputar...
Pena aksaraku menggoreskan cerita baru...
Berkisah tentang peladangan hati yang ditumbuhi asa dan harapan....
Pun kurasa sama dengan dirimu, melewati hari penuh cerita dipelataran sukma yang berbeda...
Bahkan untuk saling mengingatpun kurasa tak pernah ada...
Kini ....
Walau masih dilingkaran waktu...
Takdir mempertemukan kita...
Entah kenapa.....
Pena aksaraku kini lebih bisa menggores cerita..
Menuliskan hadirmu yang jauh lebih bersahabat, penuh kasih dan kejujuran...
Sahabat...
Masa lalu tak mampu menyakini itu...
Sulit memahami....
Kuharap kini kau mampu lahirkan aksara - aksara hingga tercipta cerita...
Menumbuhkan rasa yang mulai mengakar...
Memaknai bait - bait syair yang aku cipta...
Mengaliri telaga kejujuran hati dan melabuhkannya pada samudra ketulusan...
Sepenggal kisah melintas disudut dinding imaji...
Bagian – bagian masa lalu kembali bermain dipanggung ingatanku...
Walau waktu sudah mulai usang namun semua tak akan pernah menjadi lekang...
Banyak isyarat yang tak bisa tersampaikan ...
Hingga cerita tak sempat tergoreskan...
Disisi gerimis yang mengusik...
Desah anginnya menyampaikan alunan kerinduan...
Walau dimasa lalu tak banyak terbesit cerita tentang kita...
Andai sang waktu bisa kembali...
Kuingin semua berjalan sesuai harapku...
Mewarnai sketsa – sketsa langit jiwa...
Menggoreskan banyak cerita...
Berbagi kisah bersamamu...
Menebarkan ceria diwajahmu...
Menepis semua keraguan yang ada tentangmu...
Dan bersama kita coraki kanvas senja dengan aksara – aksara jingga...
Dialir waktu kita hanya bisa mengenang...
Tak kan mungkin kembali kesana...
Karena ini hanya “sepenggal kisah”
Kan kubasuh lukamu...
Kan kubalut perihmu....
Mungkin karena rasa semua harus kutinggalkan..
Hingga jiwa lebih memilih untuk beranjak...
Dihatimu tak kutemui pelataran damai pada saat itu...
Rapuhmu adalah penyesalanku....
Genggam jemari yang terlepas adalah keraguanku...
Tepislah semua praduga atas kebohongan dan kepura – puraanku...
Tak pernah terbesit olehku untuk menyuguhkan itu padamu , sahabatku.... !
Pun sama denganmu…...
Akupun tak mampu menghempas semua bayanganmu.....
Tak ingin kutuntaskan ikatan yang pernah erat mengikat....
Karena hati kecilku tak bisa memungkiri....
Bahwa engkau adalah setulus – tulusnya sahabat....
Untaian rindu terbalut syahdu...
Cerita lirih sendu meragu...
Jangan biarkan aku terbele.nggu..
Dalam perangkap rindu yang selalu memujamu...
Dengarlah wahai pujanggaku..
Tak tahan aku merindu..
Tak tahan aku menanti...
Perih yang aku rasakan..
Kala rindu kau abaikan...
Pujangga yang kudamba...
Kuharap kau mengerti...
Bahwa dewimu selalu menanti...
Beruntai angan ingin merenggut asa...
Namun kuasa...
Tak mampu menggengam asa...
Bagai cakrawala bermuara disenja jingga...
Secarik rindu telah kusematkan...
Pada saku kalbu yang tiada bersisi...
Kisi - kisi sulit menjadi imajinasi...
Terkekang jeruji hati yang kian letih terus merintih...
Batinku menyirat segores luka...
Saat sang punjangga yang kudamba tak mampu mengukir senyum dicakrawala jiwa...
Dimanakah damai itu kau sembunyikan...?
Dimana jua cinta itu kau isyaratkan...?
Lelah aku terus menapaki...
Hadirkan aku disetiap harapmu...
Jangan biarkan lembar putihmu kosong tanpa cerita cinta bersamaku...
Mari...!
Beranjak tinggalkan jejak fatamorgana...
Kita jamu hari - hari dengan cinta...
Kita rajut titian kasih sebagai penghangat jiwa...
Semua kan menjadi makna...
Karena tak ingin hariku selalu perih dalam bulatan rintih..
Duhai sahara...
Dalam gersangmu, kuaklah tabir rahasia mata air cinta...
Agar bisa kupuasi dahaga ini.... Kupulasi derita ini...
Telah lama aku kerontang dalam kegelisahan...
Pusaran waktu menyesatkanku pada lembah keraguan...
Nestapa tiada sudah...
Gundah tiada arah...
Mari...!
Bertamasya dan menari bersama segarnya bayu asmara...
Tinggalkan semua lara...
Agar duka tak kembali menyapa...
Cinta....?
Dimanakah cinta...?
Dipenantian ini...
Kutetap mendamba..!
Ketika kau datang, kusambut dengan dendang...
Kunikmati derasnya...
Yang telah lama hampir hilang dalam kenangan...
Ada sesuatu yang kurindu dikala kau datang bertandang...
Rindu menikmati alirnya...
Rindu berbagi cerianya...
Ya... Rindu...
Rindu bersama saat kita bermain perahu kertas...
Rindu saat mata tak mau beranjak melihat perhau mungil yang selalu tenang...
Mengikuti alirmu...
Bening...
Jangan terlalu cepat kau beranjak meninggalkanku...
Puasi dulu dahaga rinduku...
Karena sekali kau pergi,
Maka sulit kurasa kau kembali...
Dari langit langit mimpi...
Atap atap luka...
Terbayang wajahmu dalam pelupuk jiwa dan hati yang telah rapuh...
Semacam sesal...
Semacam duka dalam menyala...
Tiada daya memandangi diri tanpa belas...
Bagai matahari berkubur beku dalam tubuhku...
Surya merasuk kedalam rimba kelam...
Menguak relung ghaib goa jiwa penuh rahasia...
Kuketuk kaca bagai bayang - bayang...
Seperti kuketuk hatimu dalam angan - angan...
Nestapa merentangkan kegundahan...
Relung jiwa bergemuruh...
Kata hati seakan bimbang hendak menepi dimana...
Kunanti dirimu...
Namun engkau pergi secepat kilat...
Bahkan bayangmu pun tak sempat kulihat...
Jiwa berserah pasrah karena cinta...
Percikan asmara semakin menjadi bara..
Rinduku menari menghempas cakrawala jingga...
Menantikanmu meraih raga...
Lara karena dusta menguak amarah...
Semilir cinta tak lagi sumringah...
Akupun sudah mulai lelah...
Menapaki ragu tak pasti arah...
Senyumnya... pelipur laraku...
Tatapannya... kesejukan batinku...
Aku hanya bisa menyentuh raganya,
Tanpa bisa menyelami jiwanya...
Benig matanya hanya bisa kunikmati...
Walau kutahu...
Banyak isyarat ada didalamnya...
Suaranya melirihkan kerinduan,
akan dunia yang harusnya dia rasakan...
Bergumul rasa rindu dalam diriku,
untuk bisa bercengkrama dan bersendagurau dengannya...
Tersakah kasih sayangku... ?
sampaikah cintaku... ?
walau hanya sebatas dekapan...
sentuhan cinta yang kumiliki...
Tatapannya...
menjawab semua itu... !
Mencintaimu...
bukan kesalahan...
Membencimu.....
juga tak beralasan...
Cinta dan benci bukanlah kepasrahan...
Jangan merindu...
jika hatimu kelu...
Tak perlu bernyanyi syahdu....
jika jiwa terbelenggu...
Aku tak bisa menyentuh ragamu, tapi mampu menyelami jiwamu...
Hempaskan aku dari lamunan meragu...
Karena yang menari nari dalam kalbumu bukan cintaku...
Cukup...
Simpan saja kisah cinta ini...!
Aku bukan kebebasanmu...
Bukan takdirmu...!
Waktu kan mengajakku bertamasya menikmati bayu asmara...
Sampai kutemukan cinta dalam kisah dan cerita lain...
Dan itu....
Bukan bersamamu...!
Aku mencari cintaMu...
Jangan lari... !
Aku mencari kasihMu..
Jangan pergi... !
Aku mencari sayangMu..
Jangan berpaling... !
Jika engkau menjauh dariku..
Berpaling dengan segala keacuhanMu..
Apa arti tangisku.... ?
Nestapaku.... ?
Kepada siapa aku bersandar dari ketidak mampuanku... ?
Aku hanya bisa menagis, saat tersakiti...
Aku hanya mengadu, saat diri tak mampu...
Tak bisa kuteteskan airmata, dihadapan wajah Arjunanya...
Tak ingin aku... ia menguak pergulatan dalam batinku...
Deritanya lebih pilu dari deritaku...
Sakitnyya lebih perih, melebihi luka hati...
Tapi...
Jiwanya damai...
Tak ada dosa mengotori dirinya...
Tersisih...
menyakitkan... !
Terhina...
menyedihkan... !
Terpedaya...
mengerikan... !
Luka lama terbuka kembali...
Mengingat kelam menyelimuti...
Tak ingin menyimpan dendam...
Tapi hati tak bisa memungkiri...
Berusaha menyakinkan diri...
Untuk bisa menata hati...
Kau tak tahu rasanya begini.... ?
Sendiri...
Tersakiti... !
Terkenang saat kita berjalan untuk sebuah tujuan...
Menjinjing himpunan mimpi...
Menyelipkan banyak harapan...
Terkenang jua saat kita terjatuh...
Mimpi mimpi itupun tercecer dijalanan waktu...
Dijalan waktu itu pula kita berpisah...
Tak lagi saling menopang...
Tak jua saling meraih untuk bangkit bersama...
Tak lagi kita berpelukan dibawah langit kelam...
Ketika kita menatap langit diatas senja yang berbeda...
Tuhan menyematkan kesadaran, bahwa jalan yang pernah kita lewati...
bukan pilihanNYa...
bukan takdirNya....
Kita tak lagi bisa menikmati matahari dijalan yang sama...
Dipersimpangan senjapun kita tak kuasa saling menatap...
Matahari hanya mampu tertegun, meratapi harapan kita...
Rembulan sembunyi dibalik pungguknya...
Malampun segera bergegas melipat mimpi...
Kini akupun semakin tak mengerti...
Akan dibawa kemana mimpi mimpi ini....
Dalam sunyi hati akan kunanti, sampai terkuak takdir Illahi..
Mengapa kelam selalu mencengkram erat mengikat alir nadi...
Kebisuan berselimuti kebekuan...
Andai...
Jalan waktu mau bersekutu...
Detak nadi yang berdenyut kan mampu mencairkan kejenuhan dalam waktu...
Memahami usia yang tertanam dalam tubuh kan menemui batas...
Dan selalu berlari mengejar hari silih berganti...
Tak bisa dipungkiri, bahwa waktu kian jauh beranjak...
Jika hadirmu dijendela malam...
Riangkan hati sang rembulan...
Agar sunyi tak terasa mencekam...
Lantunkan tembang yang mampu mencipta melodi pembunuh sepi...
Tasbihkan doa hingga terangkai nada yang erat bersahabat dengan nafas...
Maka disaat waktu mengajak tuk beranjak, yang tertinggal hanya hening dalam damai...
Disisi bibir pagi yang masih menyisakan kegetiran...
Disisi percakapan malam dingin yang menyayat...
Dibalik lidah yang menghujam...
Kata katapun terlalu perih diucapkan...
Semestinya kau menyadari...
Sinar matahari kini butuh kalimat kalimat manis nan manja...
Jangan terus memaksaku untuk mengikuti warna langit yang kelabu...
Jangan pula kau putar otakku hingga menjadi rancu...
Kini aku hanya ingin bersepakat dengan damainya kata hati...
Menepis kisah lalu... Mencampakan bayangmu...
Dan beranjak pergi dari dongeng dongeng yang mengekang kebebasanku...
Berikan aku seteguk arak cinta yang telah diramu bersama embun asmara...
Namun jika itu tak mampu...
Berikan saja aku setetes embun dari pucuk cinta...
Agar hati bisa sedikit lena..
Imajinasi yang terbangun dari tidur lelap...
Menepis kabut yang menyamarkan wajahmu...
Berhentilah dari rintih gelisah nafas...
Kan kubasuh lara diatas pembaringan sukma pelataran jiwa...
Tak akan kubiarkan indah langit tertutup kemelut...
Kusembunyikan rindu pada selimut mimpi... Agar tak terenggut oleh liarnya waktu...
Bayang wajahmu telah merambah benakku...
Mengikis rasa pilu menjadi rindu...
Bahkan rerantinganpun tahu...
Betapa rimbunnya rasa cintaku...
Terdiam...
Tanpa kekasih...
Rintih mengoyak jerit hati...
Keraguan melumpuhkan sanubari...
Dendang rindu kian terus merambah...
Membuai sendu merona merah...
Tinggalkan pilu yang usang tak bergairah...
Semua telah berlalu...
Tak mungkin kisah kan kembali...
Dipenghujung hari itu mungkin ku belum mengerti...
Betapa kau membawa ketulusan hati...
Bila waktu mau bersepakat tuk berputar...
Ku kan buat cerita indah bersamamu...
Melenyapkan semua kemarahan yang pernah ada..
Mengukir canda tawa bersamamu...
Mencoraki kisah - kisah...
Membuka hati tanpa diselimuti keraguan...
Namun hati tak pernah menyesali...
Melewati itu semua bersamamu...
Mungkin inilah cara Tuhan...
Mempertemukan kita untuk menyadari...
Bahwa semua yang telah dilalui...
Itu adalah "keindahan" ..
Kusambut tulusmu sahabat...
Tak ada kata tak mungkin...
Pilihlah warna yang tak membuat keraguan pada akhirnya...
Agar setiap warna yang kita torehkan mengindahkan cerita - cerita yang akan kita lalui...
Kusambut tulusmu sahabat...
Seperti kupu - kupu yang meraih pelanginya dilkala senja mendekat...
Dan menari nari kegirangan mengelilingi jagad...
Kusambut tulusmu sahabat...
Seperti ku mengenang cerita lalu...
Yang banyak mengisyaratkan ketulusan...
Namun tak sempat terkisahkan...
Sempat rasa ini terabaikan...
Tersembunyi dalam sunyi hati....
Kutuliskan rinduku pada daun daun malam...
Berharap kebeningan embun enggan menghapusnya dipagi hari...
Hingga rasa rindu ini tetap bisa terbaca...
Kutahu pada saatnya ia kan berguguran...
Mebawa kisah rindu yang pernah terabaikan...
Menerbangkannya pada pusaran arah yang tak pasti...
Semoga daun itu tercecer terbawa angin tepat diberandamu...